Jumat, 03 November 2017

Propaganda Tuhan antara Wahyu VS Ilmu Teknologi

Diskusi Mingguan Rayon Sholahuddin Al-Ayyubi. 




    Dalam syariat Islam, wahyu adalah kalam atau perkataan dari Allah, yang diturunkan kepada seluruh makhluk-Nya dengan perantara malaikat ataupun secara langsung. Berbeda dengan Wahyu yang notabenenya absolute sedangkan Ilmu teknologi yaitu hasil perasan keringat pikiran manusia. Apabila ditelisik lebih jauh misalnya pembahasan tentang wahyu banyak sekali  QS. Al-Syu’ara:192-195),  (QS. Al-Isra:39),  (QS. Al-An’am:19),   dan masih banyak lagi namun masalah paling mendasar seperti yang ditegaskan Shabat pemateri dalam keyakinan adalah percaya atau tidakkah terhadap wahyu tersebut jika kita percaya pasti kita mengiakan bahwa semua yang terjadi baik yang buruk dan yang baik di dunia ini adalah sekenarionya Tuhan.

Belajar Mati Terhormat Dari Seekor Nyamuk (Mr. Faiz)

Belajar Mati Terhormat Dari Cerita Se-Ekor nyamuk Ciptaan Allah. 
(Wejangan Kopi Senior Paiz) 
Belajar mati terhormat dari seekor nyamuk.

Allah sering kali membuat perumpamaan-perumpamaan pada alam sekitar kita, baik yang ada pada langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya, termasuk yang ada pada diri kita sendiri dan makhluk lainnya seperti tumbuhan dan binatang, supaya kita bisa mengambil pelajaran dari hikmah yang dikandungnya melalui akal dan pikiran supaya menjadi orang yang selalu memahami dan beruntung, atau malahan kita melewati berbagai perumpamaan tersebut sehingga kita menjadi orang yang lalai dan merugi.

QS. Al-Baqarah (2): 26
Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa NYAMUK atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.

Seperti ayat tersebut di atas, Allah secara tersirat membuat perumpaan dengan seekor nyamuk. Kenapa ya Allah membuat perumpaan dengan seekor nyamuk? Apa istimewanya dia (nyamuk) itu? Padahal jelas nyamuk itu adalah binatang yang mengganggu yang hidupnya seperti "Dracula" yang selalu siap menghisap darah manusia.

Mati menurut nyamuk adalah hal yang biasa saja. Kapan saja bisa mati, jika sudah ditakdirkan Allah untuk menjadi hewan yang tugasnya menghisap darah manusia, nyamuk tidak ada pilihan lain. Tidak mungkin dia makan rumput seperti sapi atau kambing, karena nyamuk mulutnya didesain seperti sedotan atau jarum suntik yang bisanya menusukkan jarumnya ke kulit manusia lalu menyedot darahnya buat makanan atau minuman nyamuk tersebut.

Nyamuk untuk bisa bertahan hidup harus selalu mengkonsumsi darah manusia. Jika akhirnya mereka mati pada proses mencari makan untuk kelangsungan hidupnya, itu semua menandakan hukum alam telah menakdirkan atau bekerja pada nyamuk, yaitu untuk menghisap darah manusia.

Protein dalam darah manusia yang dihisap oleh nyamuk betina dipergunakan untuk campuran saat perkawinan dengan nyamuk jantan yang hanya memakan nektar tanaman.

Hasil dari perkawinan tersebut berguna untuk menghasilkan telur-telur bagi generasi penerus nyamuk. Jadi hanya nyamuk berjenis kelamin betina saja yang menghisap darah manusia.

Kebanyakan nyamuk betina harus mendapatkan darah yang cukup untuk makan sebelum ia dapat mengembangbiakkan telur-telurnya. Jika nyamuk tidak mendapatkan makanan darah ini, maka mereka akan mati sia-sia tanpa meletakkan telur-telurnya. Sekali bertelur nyamuk betina bisa memproduksi sekitar 300 butir.

Ternyata seekor nyamuk itu adalah binatang yang hidupnya rela berkorban, pantang menyerah, selalu mencoba jika gagal meraih apa yang diinginkannya (yaitu darah manusia), dan tidak takut mati.

Lebih baik mati terhormat di tangan manusia, dari pada mati sia-sia tanpa memberi arti bagi hidup dan kelangsungan generasi penerus para nyamuk itu sendiri, karena usia nyamuk yang hanya sebentar sekitar satu minggu untuk yang jantan dan sekitar satu bulan untuk yang betina.

Mereka (para nyamuk) pun adalah contoh dan teladan yang baik buat kita renungi dalam menjalani kehidupan ini, bahwa manusia pasti akan mati dengan berbagai cara dan waktu yang entah kapan terjadinya. Jalani saja hidup yang hanya sebentar di dunia ini dengan memberi arti bagi seluruh alam.

Jadilah pahlawan yang rela berkorban, janganlah menjadi pecundang yang hidupnya hanya membuat susah orang lain.

Jadilah manusia yang hidupnya punya beragam karya, dan jangan menjadi manusia yang hidupnya kosong karya dan menjadi penikmat karya orang lain.

Jadilah manusia yang hidupnya selalu menjadi pemain mewarnai kehidupan ini, jangan hanya menjadi penonton dan hanya menikmati tontonan yang tidak bermanfaat.

Jadilah manusia yang selalu tegar menerjang ombak, jangan menjadi manusia yang hanya menjadi air yang mengalir, pasrah tanpa usaha.

Belajarlah dari seekor nyamuk yang selalu berani untuk mencoba, daripada menjadi pribadi yang selalu mengeluh serta tidak pernah mau mencoba... Bahkan gagal untuk mencoba!

Nyamuk memang binatang yang kecil tetapi ia mempunyai semangat yang pantang menyerah dan rela berkorban untuk mati bagi generasi penerus serta kelangsungan hidupnya.

Jadi, jika hidup kita hanya sekali di dunia ini maka berilah arti dengan tiga jalan lurus, yaitu: kebenaran-kebaikan-kemanfaatan. Setelah itu kita pasti akan mati untuk melanjutkan hidup yang kekal abadi di surga yang penuh dengan kenikmatan.

Rabu, 01 November 2017

Kupasan Rapat Tahunan Komisariat (RTK) PMII UIN Mataram

Rapat Tahunan Komisariat PMII UIN Mataram 

Mataram, Kamis / 02 / 10/ 2017

Rapat Tahunan Komisariat PMII UIN Mataram, Alhamdulillah berjalan sesuai harapan. Namun ada yang berbeda dari RTK sebelumnya, jika yang sebelumnya pasti ada komplik baik antara calon beserta pemilih akan tetapi RTK saat ini tidak ada perseteruan yang memanas diantara ketiga calon semuanya adem ayem mereka serahkan semuanya kepanyung demokrasi karena bukan persoalan kalah atau menangnya namun ini bagaimana kita bisa menanggapi kekalahan itu dengan bijak kata sahabat Anas Assyarqowi selaku calon pada RTK Tahun ini.

Rapat Tahunan Komisariat PMII UIN Mataram yang diketua panitia oleh sahabat Mustopa al-Ayyubi berjalan sesuai harapan, segala macam prosedur sudah diselenggarakan dengan baik serta selaku ketua panitia sahabat Mustopa berpesan sesuai dengan tema yang didengungkan dengungkan yaitu menantikan "Pemimpin Rahmatan Lil'aalamin" yaitu Pemimpin yang mempunyai dedikasi tinggi buat seluruh kader maupun anggota PMII se-UIN Mataram apalagi ditambah penegasan sambutan dari Ketua Kom. PMII UIN Mataram yang demisioner sahabat Fathurrahman yaitu Pemimpin yang tidak "Rahmatan Linnafsih" rahmat bagi dirinya sendiri.

            (Poto sambutan K.Kom Terpilih)

Akhir kata bagi penulis dan sekaligus selaku kader PMII UIN Mataram mengucapkan selamat kepada sahabat Usman Abidin yang sudah bisa memangku jabatan di kursi pertama PMII Kom. UIN Mataram, semoga PMII UIN Mataram semakin baik dari sebelumnya baik dari segi kaderisasi dan pergerakannya yang sesuai tujuan dari PMII yang termaktub dalam ADRT PMII yang seutuhnya.

Latihan Orasi Sahabat PMII Rayon Sholahuddin Al-Ayyubi Kom. UIN Mataram

Al-Ayyubi Ber-Orasi
Mataram, Rabu 1 November 2017
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Sholahuddin Al-Ayyubi menggelar latihan orasi di pantai gading Mataram.

Secara umum orasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lisan di hadapan audiens (orang-orang yang hadir), sedangkan orang yang menyampaikan pesan disebut orator. Orasi bila ditelisik lebih jauh asal katanya yaitu oral yang berarti mulut, sederhananya orasi adalah proses penyampaian pesan, yang bisa berupa pikiran, pendapat, atau gagasan.

Selaku mahasiswa pergerakan, orasi didepan umum merupakan hal yang lumrah untuk dilakukan,  karena untuk menyampaikan yang haq dari yang bathil dari setiap persoalan yang dapat dianalisis kesalahannya, akan tetapi menjadi orator itu tidak mudah seperti yang kita bayangkan, kita harus bisa menguasai teknik-teknik orasi seperti yang di utarakan oleh  I Gusti Abdul Aziz selaku pemateri yaitu penguasaan kosa kata (materi),  intonasi, artikulasi, kecepatan berbicara, dan acting. Maka dalam hal ini seperti yang di tegaskan I Gusti Abdul Aziz pembelajaran pertama dalam bagaimana jadi orator itu dengan belajar kelancaran berbicara serta kecepatan dengan memperkenalkan diri di depan publik dengan lancar dan teori kata 12S yaitu menyusun kalimat yang hurup depannya berawalan kata S seperti "Saya suka sama situ sebab saya suka sama situ sebab senyum situ. Itu pelajaran yang sederhana untuk mengawali latihan bagaimana ber-Orasi di depan publik.


Senin, 30 Oktober 2017

PMII Dalam Refleksi Seorang Kader

PMII Dalam Refleksi Seorang Kader

    
   Bukan hal yang sepele menyebut diri seorang kader, meski banyak yang akan bersenang hati menganggapnya sebagai identitas yang prestisius, namun dengan sedikit menelisik lebih dalam berbagai definisi-definisi yang ada, maka mencoba memaknainya dengan pendekatan yang lebih subtansial bukanlah hal yang lancang, karena menurut saya kata tersebut bukan hanya untuk gelaran identitas seseorang sebagai bagian dari sebuah lembaga secara administratif-struktural, tetapi lebih kepada gelaran identitas untuk mereka yang senantiasa berkontribusi aktif membangun, mengembangkan, dan memajukan sebuah organisasi dengan kesadaran pengabdian yang tinggi, maka kader lebih kepada gelaran identitas untuk kualitas bukan sekedar  formalitas kelembagaan, maka menyebut diri sebagai seorang kader dari sebuah organisasi memiliki beban moril dan tanggung jawab intelektual dalam aksi yang nyata, berdasarkan diskursus tersebut maka aku tak tahu pasti apakah aku termasuk kader PMII dalam makna yang subtantif atau hanya dalam kaedah administratif.


    Kurang lebih Tiga tahun aku mengemban identitas sebagai kader salah satu organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia ini (PMII), alasan awal ketika memilih PMII memang dilandasi oleh adanya kesamaan ideologi yaitu Ahlu Sunnah wal Jamaah yang menjadi pondasi bangunan organisasi ini, sehingga ketika kuberanjak menjadi seorang mahasiswa tak perlu berpusing-pusing untuk menentukan organisasi apa yang akan menjadi wadah mengembangkan kualitas kedirianku, mengingat masih mengakarnya dokmatisasi pesantren yang juga menganut faham Ahlu Sunnah wal Jamaah (Sunni) yang kemudian membentuk mentalitas dan nalar muda sebagai tempatku menyemai potensi diri, maka sebelum menjadi anggota pun kedekatan kultural dan spiritual telah menjadi magnet tersendiri yang akhirnya menyatukan aku sebagai seorang individu dengan PMII sebagai sebuah organisasi besar.

              (Poto kegiatan diskusi malam) 

    Memang dalam banyak kasus mereka yang bergabung di PMII awalnya karena faktor biologis dan dogmatis, ada karena dorongan orang tua atau anggota keluarga yang juga kader PMII atau seorang warga nahdliyyin (warga NU), ada karena keterikatan ideologis dengan almamater tempat ia pernah menimba ilmu yang berpaham Aswajah atau merupakan lembaga pendidikan di bawah naungan Nahdlatul Ulama, ada juga karena faktor kultural, misalnya dalam hal cara pandang dan praktek keagamaan (Tahlilan, barazanji, yasinan dsb) yang merupakan tradisi keagamaan yang selama ini dilestarikan oleh PMII, sehingga mereka merasa tidak asing dengan PMII, bahkan ada pula yang tidak memiliki kedekatan secara biologis, dogmatis, maupun kultural dengan PMII tetapi memiliki spirit perjuangan yang merupakan ruh ber-PMII, sehingga memutuskan untuk menjadikan PMII sebagai wadah yang akan menentukan keberhidupan intelektualitas dan spiritualitasnya.  Uniknya ada mahasiswa yang bergabung di PMII hanya karena mengikuti ajakan teman untuk menghadiri kegiatan Masa Penerimaan Anggota Baru (MAPABA), ada yang karena ingin membahagiakan dan tak ingin menyakiti hati senior karena menolak ajakannya, hingga yang hanya terpaksa ikut karena ancaman dan tendensi seniornya pula. Berbagai hal dan faktor pendorong tersebut hanya merupakan media dalam strategi dan tradisi kaderisasi yang selama ini dibangun, walaupun kualitas spirit bergabung di PMII akan mempengaruhi proses indoktrinasi dan ideologisasi, namun yang paling menentukan kualitas dan eksistensi seorang kader adalah proses ber-PMII yang akan menjadi corong seleksi dimana akan menentukan siapa yang telah siap dan memang belum siap untuk terlibat dalam proses pendewasaan nalar dan mental serta siapa yang akan menjadi pejuang dan siapa yang menjadi pecundang, sehingga tak dapat dipungkiri tidak semua yang pernah mengucap bai’at (sumpah) untuk mengabdikan diri kepada PMII tetap dalam konsistensinya untuk terlibat aktif dalam setiap agenda gerakan, ada yang sibuk dengan dunia akademik di bangku perkuliahan, ada yang terlena dengan dunia romantisme sebagai kaum muda, dan ada pula yang larut dalam candu hedonisme metropolitan, semua itu terjadi bukan semata-mata karena adanya human error, tetapi karena adanya pola yang perlu dibenahi dalam proses kaderisasi dan membuat setiap agenda organisasi memiliki daya tarik, sehingga mereka tak lagi merasa sebagai orang-orang yang terasing dari komunitas, tetapi sebagai bagian dari lembaga yang juga memiliki peran strategis, maka dengan kesadaran diri mereka akan senantiasa aktif dalam berbagai agenda dan kerja organisasi.

Menantikan Pemimpin Rahmatan lil' aalamiin

Rapat Tahunan Komisariat PMII Kom UIN Mataram

Mataram, 30 aktober 2017
        Panita Pelaksa Rapat Tahunan PMII  Komisariat Kom. UIN Mataram alhamdulillah sudah beranjak ke prifikasi berkas calon Ketua Kom selanjutnya dan hasil dari prifikasi berkas tiga calon lolos yaitu pasangan No urut 1 Agus Wahyudi, No urut 2 Usman Abidin,  dan No urut 3 Anas Assyarqowi untuk bertarung merebut kursi nomer satu PMII Kom. UIN Mataram.
        Harapan besar yang didengung dengungkan oleh Panitia Pelaksan Rapat Tahunan Komisariat (RTK) yaitu menantikan pemimpin yang Rahmatan Lil'aalamiin dalam menata PMII UIN Mataram kedepannya. Agar tetap sesuai dengan marwah organisasi dan tujuan organisasi yang termaktub dalam adrt organisasi PMII.
         Berdasarkan calon yang lolos untuk merebutkam kursi nomer satu PMII UIN Mataram rata rata yang pernah kami wawancarai dari ketiga calon itu mereka semata mata ingin memperbesarkan nama PMII di UIN Mataram dan ingin mengakomodir semua rayon PMII yang ada di UIN Mataram , memang benar dari niat suci dari semua calon yang akan maju dan sesuai apa yang dipesankan oleh senior senior PMII terdahulu yaitu cukup kalaian besarkanlah PMII insaalah engkau akan menjadi orang besar.

Minggu, 29 Oktober 2017

Pmii Rayon Sholahudin Al-Ayyubi Menyimak persilatan para calon ketua Kom. PMII UIN Mataram.


PMII Rayon Sholahuddin Al-Ayyubi tetap memantau persilatan para calon ketua Kom. PMII UIN Mataram. 


(Poto calon K. Kom PMII UIN Mataram)

Minggu, 29 Oktober 2017
        Rapat Tahunan Komisariat (RTK)  yang akan diselenggarakan pada tanggal 02 november 2017 oleh PMII Kom.  UIN Mataram insaallah akan terlaksa dengan baik sesuai harapan,  batas pengumpulan berkas calon K. Kom PMII UIN Mataram yaitu tepat pada 29 Oktober 2017 jam 24:00 yang dimana shabat Agus Wahyudi sebagai calon yang pertama yang mengumpulkan berkas rekomendasi dari Rayon Al-Ghazali kemudian disusul oleh Shabat Anas assarqowi dari Al-Afghani dan Shabat Usman dari Al-Fharabi.
       Bagai penulis sendiri Istilah regenerasi kepengurusan ataupun pergantian seorang pemimpin sudah menjadi aturan baku dan tradisi disetiap periode kepengurusan suatu badan, lembaga, maupun organisasi demi berlangsungnya sistem dan kinerja organisasi tertentu. Dikenal pula dengan sebutan pesta demokrasi dimana segala macam strata sosial, status pendidikan, dan latar belakang kehidupan seseorang tidak ada batasan perbedaan semua memiliki hak berdemokrasi yang sama, semua dapat menjadi seseorang yang memilih maupun dipilih.
       Senada juga apa yang dikatakan Maulana Yusup selaku Ketua Rayon PMII Sholahuddin Al-Ayyubi "Begitulah demokrasi...!!, Namun adanya kepentingan, tujuan, dan maksud tertentu dari berbagai golongan yang berbeda maka terselenggaranya pesta demokrasi akan sedikit berbeda pula dari tujuannya yakni terselenggarakannya kedaulatan dan terciptanya keadilan dan kesejahteraan. Intrik-intrik politik atau siasat untuk menangkan kepentingan dalam kontestasi berpolitik adalah salah satu dilematika yang terus menghantui dalam jalannya pesta demokrasi.
       Maka oleh sebab itu sampai detik ini kami masih menyimak percaturan para calon Ketua Kom. PMII UIN Mataram dengan tetap bisa menelaah sejauh mana jika ada kepentingan dibalik semua sketsa wajah para calon ketua, namun kami tetap menitipkan semua dipayung demokrasi akan tugas suci menjadi ketua Kom. PMII UIN Mataram sesuai harapan dan kepentingan kita bebersama.

Mataram 30/10/2017

Sabtu, 28 Oktober 2017

Refleksi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

     PMII Rayon Sholahuddin Al-Ayyubi
           Menyelenggarakan diskusi
Refleksi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Jum'at 26 Oktober 2017
      Menjelang hari bersejarah dari perjuangan pemuda di NKRI ini yaitu hari Sumpah Pemuda,  maka dalam hal ini PMII Rayon Sholahuddin Al-Ayyubi Kom.  UIN Mataram menyelenggarakan diskusi refleksi sumpah pemuda yang memang diskusi ini merupakan rutinitas mingguan dari mahasiswa pergerakan.

     Senior Junaidi selaku pemateri dalam diskusi ini menegaskan bahwa,  Dalam mambahas Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 1928 ini,  tak lengkap rasanya tanpa melibatkan pesatnya perkembangan teknologi informasi. Ketertarikan Sumpah Pemuda dan Teknologi Informasi, mulai dipahami secara salah kaprah dalam memandang sejarah panjang Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda merupakan harapan bangsa. Harapan kedepan diharapkan pemuda bisa menguasai semua bidang,  dengan kemampuan yang kompetitif.
       Akan tetapi penulis menyadari bahwa nilai-nilai luhur berkehidupan berbangsa dan bernegara di zaman modern seperti sekarang sudah mulai pudar akibat pengaruh budaya asing.  Diakui ataupun tidak pesatnya perkembangan teknologi informasi begitu berdampak pada perubahan perilaku atas nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sebagai Pemuda-Pemudi yang beradap.
        Sumpah pemuda merupakan refleksi jiwa perjuangan pemuda-pemudi masa kini untuk kembali merenungi gigihnya pemuda pemudi tempo dulu mati-matian memperjuangkan bangsa,  bahasa, tanah air Republik Indonesia. Untuk mengenal lebih jaih tentang Sumpah pemuda yang tercetus dalam kongres pemuda, akan tetapi perkembangan teknologi informasi isi sumpah pemuda tadi tersisih oleh perkembangan media sosial.
     Pada masa lalu ketika pemuda pemudi sibuk melawan penjajahan.  Pemuda-pemudi sekarang disibukkan dengan penyalah gunakan konten-konten teknologi, tanpa skalipun tergelitik untuk meneruskan pendahulunya. Walhasil pemuda-pemudi sekarang terbius segala bentuk layanan Media Sosial,  misalnua whatApp, twittet, path, telegram, facebook, lime, cacaotalk, beetalk, twoo dan permainan didalamnya.
      Generasi muda sekarang "diperalat" budaya asing dari pada mencintai kearifan budaya negeri sendiri. Hal ini dapat membuat generasi bangsa seakan-akan kehilangan identitas negara dan budayanya sendiri.
       Sebenarnya kemajuan Teknologi Informasi sangat liar biasa manfaatnya, akan tetapi jika disalah gunakan,  luar biasa juga dapak buruknya menghantarkan kepada kehancuran. Parahnya, karena sosmet orang mudah berselisih paham, saling bully sehingga bisnis prostitusi online.
      Sebagaimana diketahui pengaruh global teknologi akan mendatangkan identitas bangsa Indonesia yang matre, egois, individualis, vandalis, anarkis, feodalisme, hedonisme. Jika kita tinjau dari sosial saat ini adalah kejahatan jalanan.
     Refleksi yang bisa kita dapatkan dalam jiwa sumpah pemuda adalah jiwa spemuda yang serba ingin tahu, mencoba dan maji. Dengan memiliki pemuda yang cerdas, memberikan harapan bangsa ini mampu bersaing dengan negara lain. Apakah bangsa ini sudah mampu menciptakan pemuda-pemudi penerus bangsa atau belum?  Banyaknya pemuda yang terjerumus pergaulan bebas yang menyesatkan, seperti menkonsumsi obat-obatan terlarang (Narkoba), kemudian akses konten-konten terlarang dan pergaulan bebas hal ini menjadi tantangan kita semua untuk memeranginya.
     Dimulai dari Sumpah Pemuda ini singkirkan dusta diantara kita, saatnya pemerintah, tokoh agama, tokoh politik, lembaga swadaya masyarakat serta keluarga bahu membahu membentuk karakter pemuda-pemudi Indonesia yang berkualitas tidak sekedar "Pencitraan"semata.

28 Oktober 2017