Sabtu, 28 Oktober 2017

Refleksi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

     PMII Rayon Sholahuddin Al-Ayyubi
           Menyelenggarakan diskusi
Refleksi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928

Jum'at 26 Oktober 2017
      Menjelang hari bersejarah dari perjuangan pemuda di NKRI ini yaitu hari Sumpah Pemuda,  maka dalam hal ini PMII Rayon Sholahuddin Al-Ayyubi Kom.  UIN Mataram menyelenggarakan diskusi refleksi sumpah pemuda yang memang diskusi ini merupakan rutinitas mingguan dari mahasiswa pergerakan.

     Senior Junaidi selaku pemateri dalam diskusi ini menegaskan bahwa,  Dalam mambahas Sumpah Pemuda yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 1928 ini,  tak lengkap rasanya tanpa melibatkan pesatnya perkembangan teknologi informasi. Ketertarikan Sumpah Pemuda dan Teknologi Informasi, mulai dipahami secara salah kaprah dalam memandang sejarah panjang Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda merupakan harapan bangsa. Harapan kedepan diharapkan pemuda bisa menguasai semua bidang,  dengan kemampuan yang kompetitif.
       Akan tetapi penulis menyadari bahwa nilai-nilai luhur berkehidupan berbangsa dan bernegara di zaman modern seperti sekarang sudah mulai pudar akibat pengaruh budaya asing.  Diakui ataupun tidak pesatnya perkembangan teknologi informasi begitu berdampak pada perubahan perilaku atas nilai-nilai luhur bangsa Indonesia sebagai Pemuda-Pemudi yang beradap.
        Sumpah pemuda merupakan refleksi jiwa perjuangan pemuda-pemudi masa kini untuk kembali merenungi gigihnya pemuda pemudi tempo dulu mati-matian memperjuangkan bangsa,  bahasa, tanah air Republik Indonesia. Untuk mengenal lebih jaih tentang Sumpah pemuda yang tercetus dalam kongres pemuda, akan tetapi perkembangan teknologi informasi isi sumpah pemuda tadi tersisih oleh perkembangan media sosial.
     Pada masa lalu ketika pemuda pemudi sibuk melawan penjajahan.  Pemuda-pemudi sekarang disibukkan dengan penyalah gunakan konten-konten teknologi, tanpa skalipun tergelitik untuk meneruskan pendahulunya. Walhasil pemuda-pemudi sekarang terbius segala bentuk layanan Media Sosial,  misalnua whatApp, twittet, path, telegram, facebook, lime, cacaotalk, beetalk, twoo dan permainan didalamnya.
      Generasi muda sekarang "diperalat" budaya asing dari pada mencintai kearifan budaya negeri sendiri. Hal ini dapat membuat generasi bangsa seakan-akan kehilangan identitas negara dan budayanya sendiri.
       Sebenarnya kemajuan Teknologi Informasi sangat liar biasa manfaatnya, akan tetapi jika disalah gunakan,  luar biasa juga dapak buruknya menghantarkan kepada kehancuran. Parahnya, karena sosmet orang mudah berselisih paham, saling bully sehingga bisnis prostitusi online.
      Sebagaimana diketahui pengaruh global teknologi akan mendatangkan identitas bangsa Indonesia yang matre, egois, individualis, vandalis, anarkis, feodalisme, hedonisme. Jika kita tinjau dari sosial saat ini adalah kejahatan jalanan.
     Refleksi yang bisa kita dapatkan dalam jiwa sumpah pemuda adalah jiwa spemuda yang serba ingin tahu, mencoba dan maji. Dengan memiliki pemuda yang cerdas, memberikan harapan bangsa ini mampu bersaing dengan negara lain. Apakah bangsa ini sudah mampu menciptakan pemuda-pemudi penerus bangsa atau belum?  Banyaknya pemuda yang terjerumus pergaulan bebas yang menyesatkan, seperti menkonsumsi obat-obatan terlarang (Narkoba), kemudian akses konten-konten terlarang dan pergaulan bebas hal ini menjadi tantangan kita semua untuk memeranginya.
     Dimulai dari Sumpah Pemuda ini singkirkan dusta diantara kita, saatnya pemerintah, tokoh agama, tokoh politik, lembaga swadaya masyarakat serta keluarga bahu membahu membentuk karakter pemuda-pemudi Indonesia yang berkualitas tidak sekedar "Pencitraan"semata.

28 Oktober 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar